Kira-kira setahun yang lalu, aku menuliskan sebuah surat untuk diriku sendiri. Isinya tentang sederet kekhawatiran menjelang umur 25. Mulai dari khawatir soal karir yang (menurutku) gitu-gitu aja, permintaan orang tua yang belum juga terpenuhi, sampai soal hubungan yang ya…gitu deh pokoknya.
Setelah publish, surat itu berbulan-bulan sengaja nggak pernah aku buka. Namun, saat suatu kali aku tengah dihajar masalah, aku kembali membacanya. And deym, saat membaca surat itu aku bak ditampar keras, tepat di muka. Mengapa? Karena di salah satu bagian surat tersebut aku menulis, “untuk segala sesuatu yang terjadi di umur 25 nanti, dengan senang hati akan aku jalani petualangan ini.”
Nah, diriku sebelum umur 25 aja udah siap menjalani ups and downs-nya dunia. Masa’ aku yang udah jalan 25 lebih beberapa bulan justru mau menyerah gitu aja?
Dari sini aku jadi termotivasi untuk kembali menuliskan surat untuk diriku sendiri. Sesuai dengan judulnya, aku menuliskan surat untuk aku di umur 26 yang tinggal beberapa bulan ini.
Dear aku,
Apa kabar?
Sebelumnya selamat ya atas promosi yang sudah kamu genggam. Aku tahu posisi baru ini sama sekali bidang barumu. Aku juga tahu, awal-awal menjalani posisi ini kamu merasa fucked up. Tapi kamu juga harus tahu, dirimu di umur 26 nanti jelas akan berbangga. Dirimu di tahun-tahun sebelumnya juga pasti akan mengembangkan senyumnya.
Tahun ke-25 memang sepertinya banyak hal-hal menantang dan hampir membuatmu berantakan. Tapi hey, bukankah itu semua bagian dari kehidupan? Untuk segala peluh dan lelahmu selama ini, dan untuk semangat dan kemauan menjalani umur 26 tahun esok hari, terima kasih ya!
Umur 26 memang identik dengan kata “dewasa”, “matang”, dan “menemukan pasangan”. Namun satu hal yang perlu kamu tahu, semua itu nggak harus kamu bungkus dan genggam bersamaan. Kamu boleh kok untuk mengenggam satu di antaranya, atau bahkan nggak menggenggam semua. Asalkan kamu tetap menjadi dirimu sendiri. Menjadi versi terbaik dari dirimu meski di kantor kamu dijuluki bahaya laten MSG yang membahayakan makhluk di bumi HAHAHA.
Perihal keinginan mama papa yang masih kamu perjuangan (dan beberapa yang terpaksa kamu ikhlaskan) nggak apa-apa. Nggak perlu kamu paksakan kalau memang kamu tak punya kuasa. So far, you did your best. I knew that. And cheer up! Oh iya satu lagi, tolong amarahnya sedikit diikat lebih kencang. Mimik muka juga jangan kaku-kaku amat. Kalau lagi rindu mereka ya bilang aja. Kalau mau mengungkapkan sesuatu, yaudah lakukan aja.
Aku nggak tahu di umur 26 nanti akan ada kejutan apa di karirmu. Mau tetap stay on your fucked up comfort zone atau pindah ke tempat yang lebih menantang, semoga kamu tetap dikelilingi oleh orang-orang baik dan menyenangkan. Ingat. Bulan Oktober nanti kamu udah punya rencana buat reuni sama teman-teman di salah satu festival musik. Jadi tahu kan setelah ini harus melakukan apa?
Untuk semua mimpi yang masih kamu usahakan dan doakan diam-diam, dirimu di umur 26 jelas akan turut mengamini paling kencang. Nggak apa-apa kalau seandainya di umur 26 hanya beberapa yang bisa direalisasikan. Toh aku yakin, kamu udah berusaha maksimal. Sing penting kamu tetap bahagia. Bahagia yang secukupnya kalau kata Hindia~
Bagian ini harus aku sebutkan karena kamu orangnya baperan tapi punya masalah gengsi yang ketinggian. Kalau beneran suka sama orang, ya bilang. Paling nggak tunjukkan. Aku nggak mau (serius, nggak mau ngulang lagi) kejadian empat tahun lalu. Pun kalau kamu nggak suka, ya bilang dengan terus terang. Kamu nggak bisa lagi hanya diam dan menunggu. Waktumu terlalu berharga jika digunakan seperti itu. Jadi, waktu kamu membaca ulang surat ini, aku penasaran deh, kira-kira siapa ya yang bakal jadi your another one call away?
Oh, ini juga nggak kalah penting. Tentang segala kebutuhanmu hidup di dunia, please banget jangan berharap orang lain yang akan mencukupkan. Aku tahu kalau kebutuhan seperti sandang, pangan dan papan (meski masih nyewa) kamu udah bisa berdiri sendiri. Tapi kebutuhanmu yang lain, seperti bahagia, takut akan sendiri sampai kecewa, tolong yang itu-itu udah harus kamu selesaikan sendiri. Seperti kata salah satu orang di Twitter: belajar tanggung jawab sama diri sendiri 🙂
Selanjutnya adalah (Wow kaku amat? Tapi nggak apa-apa LOL) progres sikap bodo amatmu. So far, sikap bodo amat sama orang ini udah cukup well trained di umur 25. Mungkin perlu ditingkatkan sedikit lagi tapi perlu bisa sedikit lebih luwes ya. Kamu juga perlu belajar memilah, apa dan siapa yang perlu dibodoamatin dan siapa yang memang perlu diperhatiin. Please jangan kebalik -_-
Last but yeah this is gonna be last part of this letter,
Tolong cashflow dan kondisi finansial lebih ditata lagi. Toh di awal tahun ini kamu udah “sedikit” belajar soal financial planning kan. Di tahun ke-26 ini kudu punya dana darurat ya? Sama lebih dirajinin lagi nabungnya. Buka Shopee cukup sebulan sekali. Hayo, janji?!!
So dear myself di umur 26,
Apapun yang terjadi nanti, dengan siapa kamu akhirnya melabuhkan hati, pilihan mana yang akan kamu jalani, semoga kamu tetap bisa bahagia dengan caramu sendiri.
Nggak perlu jadi orang lain, karena kamu udah istimewa. Nggak perlu kemakan omongan orang karena hey, mereka juga belum tentu ada benarnya.
Selamat menikmati umur 26!
Dari dirimu yang super senang karena baru saja menemukan chicken sambel matah yang menggoda iman 😀