Sebagai omnireader atau pembaca buku segala genre, akhir-akhir ini saya agak kesulitan nih menemukan bacaan yang greget tapi juga kaya akan unsur budaya. Apalagi untuk novel karya penulis lokal yang menurut saya kebanyakan mengangkat tema hypebeast dan gemerlapnya ibukota. Kalau nggak salah, terakhir kali saya menuntaskan novel bertema travel love tapi kaya akan budaya adalah novel Toraja karya Endang SSN lima tahun lalu. Reviewnya bisa kamu baca di sini ya!
Eh, ndilalah semesta lagi baik banget sama saya. Dua minggu lalu, saya dipertemukan dengan novel Surya, Mentari dan Rembulan PLUS penulisnya! Mimpi apa coba? Saking senengnya, novel yang berjumlah lebih dari 500 halaman ini habis saya baca nggak sampai seminggu!
Mau tahu kan gimana kesan pesan saya sama novel Surya, Rembulan dan Mentari karya mantan wartawan senior Suli Suli ini? Cus, baca sampai akhir ya. Seru banget soalnya!
1. Novel Surya, Mentari dan Rembulan ini beda dan kaya
Kenapa saya sebut beda? Karena tema yang diangkat ini nggak biasa. Penulis menggabungkan beberapa tema seperti travel, sejarah, serta budaya dengan satu benang merah yaitu Cyntha! Nah yang menarik lagi, budaya di sini nggak hanya satu lho, tapi ada beberapa. Ada budaya Toraja, Djogja, serta beberapa budaya di tanah Nepal sana. Dari gabungan beberapa tema dan budaya tersebut, membuat novel ini menjadi kaya, kan?
2. Meski gabungan dari beberapa tema, novel ini sama sekali nggak garing dan nggak buat ogah membaca
Beberapa kali saya sempat kewalahan membaca novel karena “nafas” saya seakan berhenti di tengah-tengah. Apalagi kalau logikanya mulai kemana-mana. Nah novel satu ini herannya mampu menjaga nafas membaca saya sampai halaman terakhirnya! Mungkin karena pengaruh cara bercerita yang runtut dan kronologis kali ya, sehingga sayang rasanya kalau skip barang satu kalimat saja~
3. Jadi novel Surya, Mentari, dan Rembulan ini tentang…
…tentang seorang pemuda Toraja yang sedang melakukan perjalanan untuk membuktikan rasa cintanya pada Mentari, gadis Toraja yang selama ini ia kasihi. Nggak main-main, dalam pembuktian cintanya ini, Surya sampai harus ke tanah Jawa untuk menyelamatkan adik Mentari yang bernama Mataallo, bahkan ke Kalapathar atau Kaki Gunung Sagarmatha di Nepal. Eh, yang namanya pembuktian cinta, pasti ada saja tantangan yang harus Surya lalui. Dan menurut saya tantangan yang terberat saat Surya bertemu dengan Rembulan. Duh, duh…kesungguhan cinta Surya ke Mentari benar-benar diuji!
4. Dari sekian banyak cerita, ada beberapa hal yang paling saya suka!
Hampir setiap novel yang pernah saya baca selalu memiliki hal-hal yang mengena di hati. Baik itu novel yang saya sukai (sampai lecek karena dibaca berulang kali) atau novel yang B aja bahkan nggak selesai saya baca. Nah begitu pula dengan novel Surya, Mentari dan Rembulan ini. Ada beberapa hal yang saya suka banget-banget dan masih terbayang sampai sekarang~
Pertama, tentu saja bagian upacara adat di Toraja bernama Rambu Solo’ Ma’barata. Upacara yang dilakukan ketika ada orang Toraja yang meninggal ini setahu saya cukup meriah karena harus memotong sejumlah kerbau serta babi. EH TERNYATA masih ada tingkatannya. Dan Rambu Solo’ Ma’barata ini harus mengorbankan seorang manusia yang diculik. Hiii ngeri banget! Apalagi pada halaman 84 penulis sukses bikin saya bergidik dengan pemaparannya.
Kedua, adalah tentang Lolai Toraja yang ah, indahnya paripurna! Terima kasih sudah menyebutkan pemandangan paling epik dan bak di negeri dongeng ini. Buat kamu yang penasaran, nih saya tautkan tentang pemandangan Lolai Toraja yang bikin merinding saking indahnya!
Source: Travelingyuk(dot)com |
Ketiga, ofc its all about research! Dua jempol saya berikan untuk penulis yang sukses memindahkan buah pikirannya ke dalam novel dan membuat saya menikmati setiap perjalanan Surya dari Toraja, lalu pindah ke Jawa dan mampir sebentar ke Nepal. Ssst, menurut hasil kepo, penulis ternyata mantan anak pecinta alam yang doyan naik gunung. Makanya tulisannya soal Puncak Napo serta perjalanan menuju Puncak Sagarmatha real banget!
5. Tentu saja, novel ini tak lepas dengan hal-hal yang perlu dikembangkan pun diperbaiki agar lebih baik lagi
Saya yakin segala sesuatu itu nggak ada yang sempurna. Termasuk dalam novel, baik yang internasional, nasional, maupun yang lokal. Begitu pula dengan novel Surya, Mentari dan Rembulan ini. Ada beberapa hal yang menurut saya bisa lebih dikembangkan ataupun diperbaiki lagi.
Pertama, soal typo. Hal seperti ini memang terlihat sepele sih, tapi menurut saya penting banget untuk diminimalisir atau bahkan ditiadakan. Nah di novel ini beberapa typo masih ada. So far tidak menganggu sih, tapi kalau diperbaiki pasti akan lebih ciamik lagi.
Kedua, penggunaan tanda tanya. Hampir semua tanda tanya di dalam novel ini digunakan setelah spasi. Contohnya: “Bison aman, kan ?” yang seharusnya “Bison aman, kan?”. Menurut saya agak menganggu sih sementara penggunaan tanda baca lain sudah all perfect!
Ketiga, perihal cover. Jenis huruf yang digunakan pada cover depan menurut saya agak menganggu. Mungkin akan lebih baik jika pada tulisan judul novel tidak semuanya menggunakan jenis huruf yang sama. Apalagi jenis huruf sambung yang kurang eyecathy.
Jadi kesimpulannya…
Buat kamu yang ingin mencari bacaan yang kaya dan “Indonesia banget” tapi nggak berat, novel Surya, Mentari, dan Rembulan ini saya rekomendasikan untuk kamu semua. Niscaya, setelah menamatkan novel ini kamu akan ingin segera berlibur ke Toraja atau menyusuri pusat batik di Laweyan Solo saking magisnya kata-kata di dalam novel ini. Makanya saya berani kasih 3.25/5 bintang untuk Surya, Mentari dan Rembulan~
Oh iya, dengar-dengar GKR Hemas juga merekomendasikan novel ini lho. Nggak percaya? Nih saya tautkan beritanya~
Selamat membaca ya!
Identitas buku
Judul: Surya, Mentari dan Rembulan
Penulis: Silli Suli
Penerbit: Arti Bumi Intaran
Tahun terbit: 2019
Jumlah halaman: 541
Love,
Thanks for sharing, sukses terus..