Beranda » Soal Berhijab dan Rambut Berwarna

Soal Berhijab dan Rambut Berwarna

Di umur seperempat
abad, memang ada-ada aja hal ajaib yang datang. Kali ini bukan soal
quarter
life crisis
yang sering dialami ketika umur 25-an, tapi tentang keputusan
paling impulsif sejagad raya tapi berhasil membuat saya puas dan berkali-kali
bilang, “
Wow, you are brave enough!

Jadi sudah dua
bulan ini saya sedikit bertransformasi menjadi manusia baru. Nggak ding,
hanya warna rambut saya yang baru. Nah kalau orang-orang biasanya mewarnai rambutnya
dengan warna netral seperti cokelat atau kemerah-merahan, saya dengan
impulsifnya mewarnai rambut dengan warna…

BIRU!

Nggak, kamu nggak
salah baca. Iya, sudah dua bulan ini saya adalah mbak-mbak dengan rambut
setengah biru. Mbak-mbak yang kalau di kosan selalu dipandangi lebih lama sama
penghuni lain,untuk memastikan warna di rambut saya 😀

Dan seperti yang tertulis
pada judul, saya mengenakan hijab. Keputusan saya mewarnai rambut dengan
keseharian saya yang berhijab terdengar agak nyeleneh memang. Bahkan bisa
dikatakan “aneh” karena nggak lazim. Atas anggapan ketidaklaziman ini, jadilah
selama dua bulan ini saya diam-diam berhasil melakukan eksperimen sosial berupa
cewek berhijab yang mewarnai rambutnya (biru pula!).

Dari hasil
eksperimen sosial selama hampir dua bulan (atau lebih ya?) ini, saya mendapati
beberapa tanggapan soal cewek berhijab yang mewarnai rambutnya. Penasaran kan?
Ini dia!

Pertama,
kaget tapi ikutan seneng dengan keputusan “besar” ini

Bagi saya,
mengganti warna rambut adalah salah satu keputusan terbesar dalam hidup saya.
Apalagi dengan
track record sebagai anak minim nakal. Dan ketika saya
memberitahu soal kabar pergantian warna rambut plus
sneek peak sama
sahabat-sahabat dan ibu saya, semua jelas kaget tapi dari raut wajah mereka
terlihat senang dengan keputusan ini.

“Gila, Rin! Edan!
Eh tapi bagus banget warna rambutnya. Jadi pengen deh~”

“Impulsif banget
sik jadi orang, tapi serius, aku jadi makin pengen ngecat rambut juga. Warna
abu-abu tapinya…”

“Panutanku deh
dalam cobain hal-hal baru!”

Ketiga tanggapan
tersebut saya dapatkan dari sahabat-sahabat saya. Mendengar tanggapan mereka
yang luvly seperti ini, makin membuat saya semakin puas dengan keputusan
ini.

Pun dengan
tanggapan ibu saya. Meski awalnya muring-muring karena tahu biaya mewarnai
rambut hampir seharga sewa kosan sebulan, tapi akhirnya beliau kepo juga.

“Mama
juga kayaknya bagus ya kalau rambutnya jadi merah burgundy gitu. Atau agak
cokelat es krim gitu juga kayaknya bikin awet muda ya mbak?”

Tapi mohon
maaf nih, warna cokelat es krim yang dimaksud sampai sekarang saya belum tahu
yang seperti apa -_-

Kedua, ada
yang mengira saya udah nggak pakai hijab lagi

Memang sih banyak
orang yang mengganti warna rambut mereka untuk “tampil” di hadapan khalayak.
Kibas rambut sana-sini dan menarik perhatian orang lainnya. Atas fenomena ini
dan keputusan saya mengganti warna rambut, ada beberapa saudara (cewek) yang
bilang kalau saya melepas hijab. Sambil cengengesan saya bilang kalau
mewarnai rambut ini pure keputusan sekaligus salah satu wishlist saya
ketika masuk umur 25. Sama sekali nggak ada maksud untuk melepas apa yang sudah
saya kenakan bertahun-tahun lamanya.

Sebenarnya analogi
mewarnai rambut dengan melepas hijab termasuk masuk akal sih. Toh banyak
dedek-dedek sekolahan yang seperti ini kan? Namun mohon maaf sekali lagi buat
para saudara yang sebenarnya nggak deket-deket amat dengan saya, biru-biru di
warna rambut saya ini belum terlalu kuat untuk menanggalkan hijab hehe.

Ketiga, cewek
pakai hijab harusnya nggak usah warnai rambut segala

Tanggapan ketiga
ini hampir buat saya gregetan, tapi untung disampaikan tidak secara langsung.
Jadi ceritanya saudara-saudara udah tahu kalau saya habis warnai rambut, biru lagi
warnanya. Nah ada satu orang yang memuji tapi keceplosan menyampaikan pesan
sang swami tentang cewek berhijab yang mewarnai rambut ini. Katanya:

“Bagus banget, ih.
Tapi sayang, Mas XXX nggak kasih izin buat warnain rambut. Katanya buat apa
diwarnai, wong akhirnya juga ditutupi~”

Sebagai penganut
konsep my body my authority (plus belum bersuami) saya jelas tidak setuju
dengan pendapat suami saudara saya ini. Apalagi dengan kalimat terakhirnya. Menurut
saya itu sama aja dengan kenapa sih harus cobain makan makanan fancy, wong
nantinya bakal sama-sama dikeluarin lagi.
Dari ketiga jenis
tanggapan terkait warna rambut saya yang notabene berhijab ini, saya bisa
menyimpulkan beberapa hal. Pertama, menyenangkan diri sendiri belum
tentu juga bisa menyenangkan orang lain. Jadi ya stick on our plan and just
do the best.
Toh kita-kita ini nggak akan pernah bisa menyenangkan semua orang-orang ini kan? Nah yang kedua adalah focus on people who
loving and appreciate you.
Bukan malah fokus sama orang lain dan
omongannya yang kadang asal keluar gitu.

Last but hell
yeah this is gonna be the last on this one
, berhijab atau tidak, saya rasa semua orang berhak
melakukan apapun pada tubuhnya. Pun dengan rambut biru saya.
Lots of love,

0 komentar di “Soal Berhijab dan Rambut Berwarna

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kembali ke atas