Beranda ยป Review Antologi Rasa – Harris Banget Nih Bintangnya?

Review Antologi Rasa – Harris Banget Nih Bintangnya?



Antologi Rasa jadi film yang diadaptasi dari novel Ika Natassa kedua yang sudah saya tonton. Pertama -oh tentu aja- Critical Eleven, yang buat saya cinta mati sama yang namanya Aldebaran. Belajar dari Critical Eleven, saya berangkat dari kantor ke bioskop dengan nggak berekspektasi apa-apa. Toh saya percaya kalau selalu ada “nyawa” di setiap filmnya. YHA meskipun kadang pengembangan dari novel ke filmnya agak-agak ngehe dan entah logikanya lari kemana :3


Baca juga: Review Critical Eleven, Sebelas Menit untuk Jatuh Cyntha!


Katanya tak kenal maka tak sayang

Jadi…mari saya kenalkan dengan Antologi Rasa. Antologi Rasa merupakan novel garapan Ika Natassa yang saya baca sejak 2013. Iya, sejak saya belum tahu kepanjangan PK itu apa LOL. Nah novel ini menceritakan tentang cinta segi empat antara Harris, Keara, Ruly, dan Denise. Keempat tokoh tersebut ceritanya menjadi sahabat sejak ditempatkan di pedalaman kantor mereka. Tapi ya namanya hidup ya, meski sahabat kadang benih-benih cinta dengan brengseknya tumbuh juga. 


Harris, si PK yang cinta mati sama Keara

Cr. Soraya Inter Cinefilms

Pernah nonton film Copenhagen? Di sana ada beautiful jerk namanya William. Meski playboy setengah mampus tapi pas ketemu cewek yang dia sayang bakal luluh juga. Nah Harris ini setipe William juga. Udah playboy (PK kalau kata Keara), tengil, dan sok asik banget orangnya. Tapi giliran udah bersingungan masalah Keara -cintanya Harris- dia bisa berubah jadi cowok paling banci se-Jakarta.

Dan inilah yang buat sosok ini membuai para pembaca (termasuk saya)! Dan oh thanks God. Di dalam film ini Harris diperankan oleh Herjunot Ali yang dari ujung rambut sampai jempol kaki tengilnya nembus luar angkasa! Cucok meong kalau kata penulis style~

Keara, bisa dibilang Harris versi cewek

Cr. Soraya Inter Cinefilms

Beb, kalau di novel Keara ini tuh digambarkan sebagai cewek mandiri, jago flirting, dan thought banget. Saya jatuh cinta sama karakternya di sini. Tapi meski mandiri, jago flirting (inilah mengapa saya sebut dia sebagai Harris versi cewek) tapi luluh lantak juga ketika jatuh cinta sama satu-satunya cowok yang nggak nafsu sama dirinya: Ruly!

Di dalam film, Keara dimainkan oleh Carissa Perusset. Cantik. Cakep. Ada bule-bule gitu deh. Tapi mohon maaf, kurang Keara banget (jangan protes, ini menurut saya wkwk).


Ruly, si alim yang bisa nyosor cewek juga

Cr. Soraya Inter Cinefilms

Ini dia sahabat yang jadi cinta matinya Keara, tapi terlalu buta. Sosoknya ya alim-alim gitu lah. Cowok baik-baik yang nggak banyak tingkah. Di dalam film Ruly ini dimainkan oleh Refal Hady. FYI, di film Critical Eleven, doski memerankan sosok Harris (CE sama AR punya universe yang sama) dan dulu sih tengilnya dapet ya. Untuuung aja dia (cukup) berhasil mendepak sosok Harris CE dan bermain B aja sebagai Ruly ๐Ÿ™‚


Denise, sosok ngeselin yang nggak tahu kalau dialah sumber “masalah”


Dari pertama kali baca novelnya, saya udah benci sih sama Denise. Ya gimana ya, soalnya dia tuh lugu-lugu bodoh gitu ๐Ÿ™‚ Di novelnya, dia diceritakan udah punya laki, tapi lakinya tukang selingkuh, eh dia dengan heroiknya tetap bertahan. Giliran Ruly yang mati-matian selalu ada buat dia malah cuman dijadiin sahabat. Beb, sadarlah beb!


Di dalam film, Denise ini dimainkan oleh (brb googling) oleh Atikah Suhaime, yang mohon maaf banget saya nggak tahu itu siapa ๐Ÿ™


Cus kita bahas filmnya

Kalau dari cerita yang ada di novelnya sih thumbs up ya. Soalnya ceritanya mateng dan oke banget. FYI di novelnya POV di bagi jadi 4 bagian: Harris, Keara, Ruly dan Panji. Deym, Panji belum saya jelasin ya siapa. Pokoknya dia tuh pelariannya Keara, yang nggak dimunculin di film. Jadi nggak apa-apalah ya kalau di-skip aja~


Benang merahnya masih sama. Empat sahabat yang terlibat cinta sepihak. Harris cinta sama Keara. Keara cinta sama Ruly. Ruly cinta sama Denise. Denise entah pikirannya kemana sampe mau nikah sama laki yang tukang numpahin isi botolnya kemana-mana itu.

Trus di Harris dan Keara dengan pintarnya mengoyak persahabatan mereka. Kenapanya nonton filmnya aja ya. Spoiler tuh menanggung dosa yang gede banget soalnya hehe.

Cr. Giphy

Akhirnya udah deh Harris-Keara-Ruly awkward gitu. Harris-Keara diem-dieman. Keara-Ruly nggak jelas antara ini pacaran apa sahabatan. Harris-Ruly bersaing dapetin Keara dalam diam. Udah gitu terus sepanjang film.


Tapi untungnya, untung banget Herjunot Ali dapetin peran Harris di Antologi Rasa

Saat pemeran Harris bukan Refal Hady -seperti di film CE- saya agak meragukan ketengilan sosoknya di Antologi Rasa. Beb, yakin nih si Refal mau diganti? Emang ada gitu yang mampu meranin sosok Harris yang tengil tapi oh-so-yummy itu?


TERNYATA ADA! HERJUNOT ALI NAMANYA!

Terakhir kali liat filmnya Junot itu 5cm. Dan aktingnya dia di sana oke banget. Inget kan gimana Bang Zafran yang naksir berat sama Dinda bikin puisi-puisi cyntha? Garing tapi greget. Eh pas dia mainin Harris, lepas dong ternyata. Bahkan melebihi ekspektasi saya soal sosok Harris itu sendiri.

Tengilnya dapet. Congkaknya pas. Asshole jerk soul-nya juga jahara okenya.

Tuh tengil banget kan? Hih! Cr. Soraya Inter Cinefilms

Ada lagi nih yang lebih tengil mukanya~

Cr. Soraya Inter Cinefilms

And sorry to say, di Antologi Rasa ini Harris (dan Herjunot) lah bintangnya! Menurut saya sih kalau yang meranin Harris bukan Junot, film ini bakal kehilangan sisi menariknya. Ya gimana? Cerita di dalam novel dipangkas habis dalam film. Cuma disisakan cinta segi empat doang. Padahal adabanyak konflik-konflik di dalam novel yang justru menjadi bagian terserunya. Bagian Keara-Panji sih yang menurut saya sayang banget kenapa diilangin ๐Ÿ™

Kok kayaknya nilai plusnya di Harris doang. Di sisi lain nggak ada emang?

Eits, tenang! Nilai plusnya justru saya lihat dari detail-detail kecil di novel yang turut dibawa dalam film. Apa aja itu, ini dia:


1. Scene Ruly yang numpang solat pas nganterin Keara yang mabu parah. Man, lihat adegan solat Ruly tuh seketika pengin pakai mukena dan jadi makmumnya. Tapi untung sadar kalau saat itu saya lagi di dalam bioskop ๐Ÿ˜€


2. Scene yang bersangkutan dengan bubur ayam! Apalagi pas Harris beli bubur ayam ketika doski lagi dalam masa dikacangin Keara. Uhhh, ekspresinya itu lho…


3. Scene waktu Harris dan Keara nonton F1 di Singapura. Yawla keren banget bisa tek-tokan syuting di sana!


4. Beberapa setting tempat oke banget. Di antaranya lobby Border Bank, tempat kerja mereka berempat. Gila ya sampai dapet lobby Border Bank lho! Sama satu lagi, setting di Sea Safari Cruise juga oke. Tapi sayangnya adegan “obat mual” bikin ambyar scene yang oke banget ini huhu


Baca juga: Rasanya Berlayar Bareng Rainbow Warrior Greenpeace


Ngomongin ambyar, ada nggak scene yang “ra mashuk” dalam film?

Sadly, ada ๐Ÿ™ Tapi lagi-lagi ini menurut saya lho. CMIIW.


Pertama, waktu Ruly habis jalan-jalan sama Keara kemudian nyosor dia. Eh tahu-tahu pas dikabari Denis kecelakaan, dia langsung berubah dan panik. Seolah nggak ada apa-apa, dia langsung mengerahkan segala emosi dan air mata untuk Denise seorang. Yakin deh pas adegan nyosor dan Ruly di rumah sakit tuh Keara berguman, “Nggak gitu Rul, cara mainnya!”


Kedua, waktu Harris resign dari Border Bank. Man, bank segeda itu doski resign sambil bawa-bawa amplop cokelat. CMIIW ya, tapi zaman sekarang resign tuh ngirim suratnya udah via email nggak sih? Tolong aku butuh penceraah ๐Ÿ™


Ketiga, waktu Keara nganteri Harris ke bandara. Setahuku sih pengantar nggak bisa masuk sampai batas pemeriksaan di imigrasi ya. Nah ini Keara bisa nganterin sampe sana. Pake acara peluk-pelukan (lama lagi!). Dan ini nih yang nggak mashuk, dengan entengnya Keara nyuruh Harris untuk membatalkan keberangkatannya ke Singapura. 


Seketika otak saya langsung nggak terima. Beb, Beb, nggak segampang itu dong nyuruh orang batalin rencana. Apalagi Harris ke Singapura itu buat kerja. Udah taken kontrak. Lu main jangan pergi jangan pergi aja -_-


Untungnya ada adegan lanjutan Harris yang nggak membuat scene ini jadi kembali lagi ke jalan yang benar, dengan mengatakan alasan logis dia harus tetap jalan ke Singapura. Oh thanks Harris. You make me more and more falling~


Jadi, film ini bagus nggak sih sebenernya?

Bagus! Bagus banget malah. Tapi kalau kamu fokus ke Harrisnya ya. Itu yang coba saya lakukan di setengah ke akhir film. Soalnya kalau nggak gitu, mungkin saya bisa kebosanan. Tapi seriusan deh, sosok Harris di film Antologi Rasa ini tuh candu. Selesai film, saya jadi terus-terusan mutar segala interview para cast dan trailer Antologi Rasa. Kalau nggak percaya, tanya deh temen kantor saya :3


Kalau disuruh kasih rate, saya berani kasih 4/5. Ingat ya, 4 dari 5 bintang untuk cara menikmati Harris di filmnya. Tapi overall, fun untuk ditonton kok. Paling nggak kamu kan dibuat bilang “anjir” berulang kali saat melihat Harris dan tingkah ajaibnya dia.



Selamat menonton!

Love,













Feature image di ambil dari sini!

0 komentar di “Review Antologi Rasa – Harris Banget Nih Bintangnya?

  1. Untung aku nggak jadi nonton filmnya. Keliatannya panduan nonton film adaptasi novel adalah harus baca novelnya dulu memang. Biar lengkap feel-nya hihi… ๐Ÿ˜€

    "Pokoknya dia tuh pelariannya Keara, yang nggak dimunculin di film."

    Lah, kena potong pas adapatasi ke format film mbak?

    "Bank segeda itu doski resign sambil bawa-bawa amplop cokelat."

    Itu buat visual kok, mbak. Klo adegan ngirim email kan impact-nya kurang secara visual. Klo ada aktivitas fisiknya, pemirsa bisa langsung nebak apa yg dilakukan tokoh (aku pas nonton series Jepang/Korea suka gitu, bingung sendiri tiap ada adegan ngirim email/sms. Itu si tokoh ngapaiiiin… wkwkwkkwkw)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kembali ke atas