Beranda » Melankolia Ninna – Perjalanan Beratnya Melepaskan

Melankolia Ninna – Perjalanan Beratnya Melepaskan



Judul: Melankolia Ninna
Penulis: Robin Wijaya
Penerbit: Falcon
Publishing
Tahun terbit: 2016
Editor: Jia Efendie
ISBN: 978-602-60514-1-7
Jumlah halaman: 219

***

Once you fall in love,
there is no way back

***

Gamal mencintai Ninna.
Seperti quote cinta di atas, Gamal
nggak punya alasan untuk berhenti mencintai wanita yang telah lima tahun
tinggal serumah dengannya itu. Meskipun, rumah mereka yang teletak di Blue
Valley, tidak akan pernah ramai dengan suara anak mereka.

Ya, Ninna kehilangan
rahimnya. Itu berarti, Gamal dan Ninna juga kehilangan mimpi mereka untuk
melihat sosok malaikat kecil itu untuk menghuni sebuah kamar di rumah mereka,
yang sudah dipersiapkan dari jauh-jauh hari.

Berat rasanya. Bahkan,
sampai titik ini gue masih berandai-andai kalau apa yang kami alami ini enggak
nyata.—Gamal, hal. 5

Teringat mimpi-mimpi
Gamal bersamaku dulu untuk memiliki anak, dan kami bahkan sudah kehilangan
harapan itu lebih dulu sebelum kami memilikinya.—Ninna, hal.8


***

Melankolia (n)
kesedihan atau depresi

Mengutip arti kata
Melankolia yang ada pada cover bagian belakang, buku ini memang meyuguhkan
kisah sedih dari pasangan Ninna-Gamal. Kesedihan berbalut usaha untuk
menguatkan pasangan masing-masing. Kesedihan Ninna akibat ia tidak lagi
sempurna menjadi “wanita”, kesedihan Gamal melihat istrinya yang terus-menerus
sedih. Dan kesedihan mereka berdua karena tidak saling jujur satu sama lain
dengan alasan “menjaga perasaan” pasangan.

Saya sebagai seorang
perempuan, ikut trenyuh dengan kisah pasangan ini. Bagaimana Ninna berusaha
untuk bangkit dari impiannya tentang anak dengan kembali ke dunia kerja membuat
saya sedikit belajar, bahwa salah satu cara ampuh untuk ngga terus-terusan
meratapi kehilangan adalah dengan beraktivitas di luar. Saya ikut terbawa
hanyut juga ketika Gamal, sebagai seorang suami, yang kehilangan harapannya
tentang anak, mencoba menguatkan istrinya. Meskipun dirinya juga sakit.

Buku ini merupakan buku
pertama karya Robin Wijaya yang saya baca. Melankolia Ninna menjadi buku yang
saya masukkan ke dalam 2017 BookWishlist  dan merupakan kado dari
event BBI Share The Love 2017. Thankyou partner for gimme this beauty! Saya
tertarik untuk membaca Melankolia Ninna karena covernya yang sederhana namun
berhasil membuat saya kepincut. Sampul bukunya yang didominasi warna biru,
dengan judul “Melankolia Ninna” yang ditulis besar-besar dengan jenis lettering
font, semakin membuat covernya cantik. Satu lagi yang membuat saya jatuh hati,
karena ada gambar baby crib pada
cover depan. Iya, saya suka banget dengan baby
thingy
semacam itu. Makanya kalo lagi jalan-jalan ke mall, pasti mapir
sejenak sekedar untuk melihat-melihat. *saya mah orangnya gini*

Kembali ke buku
Melankolia Ninna, yang menjadi karya pembuka Robin Wijaya yang saya baca, ada
satu ciri khas penulis yang bisa saya tangkap melalui buku ini. Penulis sering
banget mengawali kalimat dengan menggunakan kata “dan”. Baik untuk tokoh Gamal
maupun Ninna. Mungkin ada lebih dari sepuluh kalimat yang diawali dengan kata
hubung tersebut.

Konfliknya juga nggak
lebay, mengingat Melankolia Ninna merupakan kisah kesedihan. Maksudnya, di
dalam buku ini isinya nggak melulu tentang kesedihan. Ada beberapa potongan
kisah lucu, ada juga beberapa kisah manis yang ikut meramaikan. Oh iya, ada
satu kisah lucu dari sosok Gamal, yang membuat saya nyeletuk, “Duhai Yang Maha
Keren, boleh saya pesan yang kayak Gamal satu?”

Happy Anniversary,
Ninna
Semoga kau masih tetap
jatuh cinta sama aku hari ini
Karena lusa harga
naik.—hal. 217

Asli, kalo ada yang
ngasih ucapan gini ke saya, bakalan pengin jitak. *trus berandai-andai*

Anyway,
saya menemukan beberapa typo yang
terlewat dari editor. Tapi mohon maaf, saya lupa mencatat typo-nya ada di halaman berapa *salim* Selain itu, ada penulisan
kata yang kurang konsisten, yaitu “Ibukota”. Ada yang ditulis dengan “Ibu Kota”
ada juga yang ditulis dengan “Ibukota”. Menurut saya sih yang benar “Ibukota”
mohon dikoreksi kalo saya salah. Ada juga kata “Butuhkan” yang ditulis terpisah
menjadi “Butuh kan”. But its okay, typo-typo kecil itu nggak akan berasa
kok. Trust me!

Jadi, buat kamu-kamu
yang cari kisah-kisah sedih untuk menikmati hari tapi nggak suka dengan drama,
saya sarankan buat baca buku ini.

“…sesungguhnya impian
aku adalah tumbuh tua bersamamu. Menghabiskan sisa waktuku bersama
kamu.”—Gamal.
Ps.
Hati-hati kepincut sama Gamal!
Love,

0 komentar di “Melankolia Ninna – Perjalanan Beratnya Melepaskan

  1. Waw.. Sepertinya seru nih..aku ngebayangin penulisnya mirip sm tokoh di film the words.. Itu tuh.. Film yg ceritanya tulisan si empunya diplagiasi.. Hiks.. *eh kok nyurcol.. ��

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kembali ke atas