Beranda » [Wedding Lit] Pre Wedding in Chaos

[Wedding Lit] Pre Wedding in Chaos

sumber: goodreads.com


Judul: [Wedding Lit]
Pre Wedding in Chaos
Penulis: Elsa Puspita
Tahun terbit: 2014
Penerbit: Bentang
Pustaka
Editor: Pratiwi Utami
Jumlah halaman: 279

***


“Jangan cuma lihat
pernikahan yang berantakan. Di sekitar lu, masih ada pernikahan yang berjalan
baik-baik aja.”—hal.93


Aria, gadis berusia dua
puluh sembilan tahun itu, merasa terpojok saat semua orang-orang di sekitarnya
seakan “memaksa” dirinya untuk segera menikah. Gimana nggak? Sudah sembilan
tahun ia berpacaran dengan Raga, pria matang yang berprofesi sebagai dosen itu.

Hampir semua hal dalam
diri Aria sudah memenuhi syarat untuk dapat menikah. Ia memiliki pekerjaan yang
cukup keren, sebagai editor di majalah internasional yang berkantor di Jakarta.
Kemudian ia memiliki pacar yang ‘sempurna’, ia sabar, mapan, dan sudah ia
pacari selama hamper satu dekade. Dan yang paling penting adalah, kini ia
berada pada usia last twenty. Usia
yang tidak bisa lagi dibilang muda.

Akhirnya, Aria
menyetujui lamaran Raga. Semua ikut heboh ketika tahu Aria menerima lamaran
tersebut. Terutama Citra, adik Aria. Ia tak kalah girang karena impiannya untuk
menikah dengan pacarnya bisa selangkah lebih dekat.

Di tengah hingar bingar
persiapan pernikahan, Aria bukannya ikut heboh, tapi justru sebaliknya. Ia
stress berat. Segala sesuatu bisa menyulut emosinya dengan mudah. Bahkan,
gara-gara masalah undangan, ia dan Raga bisa bertengkar dan saling diam. 

Satu per satu masalah
pun kini mulai muncul. Ia bahkan sempat bertanya pada dirinya sendiri, apakah
pilihan untuk menerima lamaran Raga tersebut sudah tepat, ataukah hanya emosi
sesaat karena terlalu banyak pihak yang ‘memaksanya’ untuk segera menikah.

***

Novel ini merupakan
karya Elsa Puspita yang pertama kali saya baca. Dan saya setuju dengan penulis,
bahwa persiapan menjelang pernikahan itu emang ribet.

Bukan…bukan…saya belum
menikah. Tahun lalu saya diberi mandat untuk menjadi WO dadakan di pernikahan
kakak saya. Dari mulai undangan, gedung, catering,
dokumentasi, kebaya keluarga hingga printilan kecil lainnya sama dan mama saya
yang pegang. Seru sih, jadi nambah pengalaman, tapi sehari setelah acara
pernikahan, saya akhirnya tumbang. Masuk angin. Hihi.

Membaca novel ini
membuat saya seakan kilas balik setahun lalu. Riwilnya kedua orangtua mempelai
juga hampir sama. Santainya kedua mempelai juga hampir sama. Sebenarnya, kakak
saya justru santai banget sih. Dia bahkan baru cuti dari pekerjaannya tiga hari
sebelum hari H. Pihak yang paling heboh ya kedua orangtua dan adik-adiknya.
Sama kayak Mami Aria, Ibu Raga dan Citra.

Well,
saya terlarut dalam ribetnya persiapan pernikahan Aria. Saya bahkan ikutan
geram sama Natasha. Kok ada ya, orang macam dia di dunia ini? Udah tau stress
menjelang pernikahan, masih ada dikomporin. Hih! Salut lah sama penulis yang
memunculkan Natasha ini.

Di samping Natasha, ada
satu karakter lagi yang ‘nancep’ di hati. *halah* Dia adalah Adit. Pria yang
berprofesi sebagai make up artist itu
cucok banget ya mulutnya. Saya bahkan kerap ketawa sendiri saat membaca
dialognya yang sering menggunakan istilah ‘Nek’
saat ngobrol dengan Aria. Pria-pria cucok seperti Adit ini memang menambah
ceria suasana. Seperti pada saat masih kuliah, saya sering jalan sama teman
lelaki saya yang mirip Adit. Duh Nek,
nggak pernah sepi. Ada aja yang dibicaran dari ujung kepala sampa ujung kaki.
Dari mata kuliah sampai dosen-dosen,

Saking terlarutnya,
saya sampai nggak rela saat penulis mengejutkan saya dengan alur yang di luar
dugaan.

Speechless.

Lho kok malah gini
ceritanya?

Nggak…nggak…

Aria sama Raga…

Yah, akhirnya setelah
sedikit meratapi hal tersebut, saya kembali tenggelam dengan kisah Aria yang
naik turun kayak roller coaster.

Dari kisah Aria, saya
bisa belajar satu hal. Cinta itu masalah kenyamanan, tapi kenyamanan dengan
terbiasa bersama, kadang hanya setipis beda.
Saya berikan tiga
bintang untuk novel yang mengaduk-aduk emosi saya ini. Plus satu tambahan
bintang untuk cover dengan motif kain
brokat yang duh nek, elegan abis!
Selamat membaca!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kembali ke atas