Beranda » Bekerja di Startup, Ritme Kerjanya Anak Muda Banget!

Bekerja di Startup, Ritme Kerjanya Anak Muda Banget!


Sembari menulis ini,
saya lagi dengerin lagu Dua Lipa yang I dun Give A Fukk. Terus hubungannya apa?
Nggak ada sih, tapi kalau kamu mau dengerin juga, boleh lho!

Okay, setelah sekian
purnama saya nggak nulis tentang personal
life
yang nggak penting-penting amat, kini saatnya saya ingin berbagi soal
itu. Dari judulnya mungkin kamu bertanya-tanya. Ngapain sih nulis tentang pengalaman setahun kerja? Bukannya udah
banyak ya? Hey, this one gonna be
different
. Sama seperti lagu Dua Lipa yang saya dengerin saat ini. Lagu
tentang cowok brengsek emang udah banyak, tapi lagu yang dibawain penyanyi ‘yang ternyata satu orang’ ini punya framing
yang berbeda. So, mungkin kamu
yang penasaran gimana rasanya kerja yang santai tapi tetep kerja, bertahanlah
sebentar saja~

Tepat bulan Maret ini (kemarin) saya merayakan satu
tahun bekerja di sebuah startup

I’m not gonna tell you where my office is, tapi bekerja di kantor ini tuh nano-nano rasanya. Bekerja
tapi kayak main. Main tapi kayak bekerja. Saya inget banget dulu waktu mau
masuk hari pertama, ada satu hal yang saya tanyakan ke HR. Mas, sistem absensi di sini pakai apa ya? Finger print atau konvensional
ya?
Dan yang saya dapatkan hanya satu kalimat: nggak ada sistem absensi.
Oh, baik. Kantor mana
yang nggak pakai sistem absensi?

Dari pertanyaan itu
jadi titik awal petualangan baru di sini. Akhirnya, setelah enam bulan dari
kelulusan yang terlalu cepat, saya bekerja full
time!
Iya, meski dari masih kuliah saya udah kerja beberapa parttime tapi rasanya beda aja.

Pekerjaan ini punya banyak sebutan. Dan saya lebih
senang menyebutnya dengan creative writer

Kalau kebanyakan orang
ditanya tentang pekerjaannya, mungkin akan dengan mantap menjawab. Atau kalau
ditanya tempat kerjanya, mereka akan dengan pasti menjawab. Di kantor XXX lah.
Di gedung XXX lah. And here we go!
Saya justru sebaliknya. Tiap kali ditanya kerja dimana, saya mulai pusing.
Bukan karena malu. Justru saya bangga, hanya saja sulit menemukan kata-kata
yang pas, agar orang-orang berhenti bertanya ke tahap yang selanjutnya.

Kerja di mana?
Kerja di XXXX. Kayak
media online gitu deh. Jogja based. Kantornya udah ada kok di Google.
Cek aja~
Ohhhh, media online. Trus kerjanya
ngapain?
Nulis.
Ohhhh, jadi kamu tuh penulis? Mau
dong baca bukunya!
Bukan, bukan. Bukan
penulis buku. Aku nulis berita ringan. Diunggah di website gitu.
Gimana sih, aku jadi bingung.
Penulis tapi bukan penulis buku. Kamu sebenarnya kerja apa sih?
(Dude, pls! I waste my time just for answering your
gddmn question!)
Nulis berita
ringan. Pernah baca soal 7 Keistimewaan Anak Teknik yang Buat Dia Jadi
Sebaik-baiknya Menantu Idaman? Nah aku kerjaannya bikin semacam itu.
Ohhh, bilang dong!

Pekerjaan ini juga nggak mengekang. Beda banget sama
pacar yang tiap jam nanyain kabar

Di kontrak kerja sih
terpampang nyata bahwa saya diwajibkan bekerja dari jam sekian ke jam sekian. Tapi
kenyataanya lebih mengasyikkan. Saya bisa pulang duluan kalau memang kerjaan
saya udah kelar. Soal pakaian juga nggak ribet kayak kantor kebanyakan. Pakaian
casual yang penting rapi dan nyaman.
Tempat duduk juga boleh pindah-pindah, yang penting nyaman. Tapi selama setahun
saya bekerja, rasanya baru tiga kali pindah tempat duduk. Saya anaknya gampang
dibuat nyaman sih soalnya.

Salah satu outfit yang
saya kenakan pas bekerja. Mirip kayak mau nge-mall kan?
Dijepret cantik oleh seseorang yang udah graduate~

Pekerjaan ini juga bikin saya banyak berproses. Dari
saya yang awalnya nggak enakan jadi sedikit nggak enakan

Saya ini orangnya nggak
enakan. Udah parah banget sih nggak enakannya. Misal ada yang nyerempet motor
saya dari samping, dan si pengendara pasang muka sok melas, saya yang justru
minta maaf. Aneh banget kan? Nah di kantor ini saya berproses untuk menghentikan
sifat nggak enakan itu. Kalau dulu nggak enakan saya mencapai 90%, sekarang
udah turunlah ke angka 30%. Salah satunya sekarang saya berani menegur kang
parkir yang tiba-tiba minta duit padahal sama sekali nggak bantuin ngeluarin
motor dari parkiran.
 Enak ya mas, nggak bantuin ngeluarin motor
tapi minta duit~
Saya juga makin selektif dalam menolong orang. Kalau dulu
mah semua permintaan tolong dari teman-teman saya iyain. Sampai saya sakit dan
kerjaan sendiri malah keteteran.

Tapi ada satu hal yang
sampai saat ini masih nggak enak saya lakukan. Iya, saya masih nggak enakan
minta slip gaji yang belum juga dikasih dari tiga bulan yang lalu ini. Hahaha
kadang hidup selucu itu ya~

Lalu mau berapa lama lagi nih nyangkut di sana?

Salah satu pertanyaan
yang saya pun nggak tahu jawabannya. Sama seperti pertanyaan dari si abang
mantan, udah move on belum sih kamu? Ya
aku nggak tahu! Agak sentimental ya kalau ditanya sampai kapan mau bertahan.
Bekerja di sini tuh nyaman. Bahkan selama hampir 24 tahun hidup, mungkin inilah
zona ternyaman kedua setelah pelukan ibu. Tapi let’s see.

Di sini juga saya
menemukan sista-sista sekaligus #SobatKismin yang bikin momen bekerja jadi
lebih menyenangkan. Satu meja yang otaknya (maaf) agak nggak bener semua. Ada
saya, dia, dia, dia, dia, dan dia. Tapi semesta berkata lain beberapa hari
setelah satu tahun saya bekerja. Salah satu #SobatKismi kami, sebut saja dia
Adik Bolot, sudah harus graduate dan
meninggalkan saya. Duh, sebenarnya maluw sih kalau mengaku di sini, tapi IYA
SAYA SEDIH BANGET! Ya meskipun setahun saya bekerja perasaannya lengkap mulai
dari senang, sedih, nggak enakan, dan yang lainnya, tapi over all saya bersyukur sudah nyangkut dan berproses di sini.

Dear
diriku di masa lampau dan di masa depan. Terima kasih sudah bekerja keras
sampai sekarang dan seterusnya. Semoga kelak kamu bisa senantiasa bersyukur
atas apa yang udah Yang Maha Keren berikan. You
are rock just the way you are.

Oh, okay. Ponakan
tercinta udah mulai ngerecokin. Karena dia mulai pencet-pencet keyboard jadi saya cukupkan cerita satu
tahun nyangkut dan berproses di startup ini.
Semoga ada hal baik yang kamu temukan lewat tulisan saya yang satu ini ya.

Love,

0 komentar di “Bekerja di Startup, Ritme Kerjanya Anak Muda Banget!

  1. Rasa-rasanya familiar dengan startup ini deh hehe

    Emang kerja di industri creative/startup enak karena waktu bisa disesuaikan. Tapi kelemahannya saat ada kerjaan yg harus selesai, ya harus selesai nggak peduli lembur2 berapa hari deh

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kembali ke atas