Beranda » Irit Ala (Pekerja Teks Komersial) Arintya

Irit Ala (Pekerja Teks Komersial) Arintya


Hula! Apa kabarnya nih gengs?


Udah lama saya nggak nulis soal tips nih. Nah kali ini mumpung anaknya lagi rada rajin, saya mau bagiin tips seputar dunia pengirita. Iya, hidup zaman ekarang kalau nggak irit mana bisa beli skincare sama sepiring berlian? 🙁


Sejak kecil, rasanya saya udah dikenalkan dengan
budaya hidup irit oleh kedua orangtua. Mulai dari bawa bekal, diajari nabung
pakai celengan, sampai mendaur ulang baju yang masih bisa digunakan. Budaya
irit
tersebut sepertinya terus mengakar kuat sampai sekarang. Bahkan sampai
saya memiliki pekerjaan dan penghasilan sendiri, lebih tepatnya satu tahun yang
lalu. Ya meskipun sejak kuliah saya udah coba kerja parttime tapi hidup irit setelah bekerja fulltime itu bedaaa banget rasanya. Tanggung jawabnya lebih berat
tapi bisa lebih bebas juga~



Ada satu kebiasaan yang
saya lakukan sejak bekerja penuh waktu: mencatat setiap pengeluaran dan
pemasukan manual! Kuno banget kan padahal zaman udah canggih bahkan udah ada apps
khusus pencatatan keuangan? Nah iseng-iseng saya baca-baca ulang catkeu—catatan
keuangan ini. Pas baca rasanya setengah nggak percaya! Kok bisa ya selama ini
hidup dari penghasilan sebagai pekerja teks komersial yang mmm…tahu sendiri lah
berapa 😀 Trus saya mengingat-ingat lagi, gaya hidup (halah!) yang selama ini
dijalani seperti apa.


Yungalah, pantes bisa
bertahan (dan nekat punya tagihan) dengan penghasilan segini!


Mungkin masih ada
faktor yang lain, tapi salah satu hal yang bisa membuat saya bertahan adalah
melakukan beberapa pengiritan. Buat kamu yang ingin tahu gimana pengiritan ala pekerja
teks komersial
saya, nih monggo dibaca~
Memisahkan rekening
bank untuk sehari-hari dan tabungan (wajib banget ini!)

Iya, iya saya sadar
kalau penghasilan saya masih kicik. Namun menabung itu wajib hukumnya buat
saya. Soalnya nggak ada yang tahu kan apa yang terjadi di masa depan? Nah biar
nggak tergoda hal duniawi, rekening bank saya bagi menjadi dua: sehari-hari dan
nabung. Rekening bank sehari-hari ini fungsinya untuk nerima gaji, bayar
tagihan, dan kehidupan harian.

Sedangkan rekening
tabungan fix hanya untuk menabung pundi-pundi. Rekening tabungan ini saya
gunakan sebagai pilihan terakhir. Artinya kalau nggak begitu mendesak dan biaya
sehari-hari masih ada, yang satu ini nggak akan saya sentuh. Awalnya agak ribet
sih karena harus misahin, tapi worth to
do
! Saya sering khilaf soalnya kalau lihat saldo atm 🙁
Belanja online masih
berjalan. Hanya saja perlu strategi biar nggak jebol di tengah bulan

Sebagai manusia yang
(cukup) malas gerak, belanja online menjadi alternatif baru yang pesonanya tak
tertahankan. Namun belanja online ternyata menyumbang bocornya pundi-pundi lho
gengs? Tahu nggak kenapa? Iya, pundi-pundimu bisa bocor halus lewat ongkos
kirim. Nah bocor halus ini saya siasati dengan mencari tandem atau partner yang bisa diajak untuk belanja
bareng. Lumayan kan ongkirnya bisa dibagi atau malah nggak pakai ongkir
sekalian.

Hal ini juga berlaku
untuk delivery makanan. Ngajak teman
adalah sebuah kewajiban tidak tertulis demi menyelamatkan beberapa ribu rupiah
dari kantong. Namun kalaupun benar-benar nggak ada teman barengan tapi
kelaparan udah nggak bisa ditahan, saya memilih untuk membayar pakai saldo
elektronik (gopay misalnya). Ongkir ditanggung sendiri sih, tapi tetap bisa
hemat.
Menyiasati transfer
antarbank yang diam-diam juga bikin nambah pengeluaran

Ngomongin belanja online, nggak lengkap rasanya kalau nggak
bahas soal transfer bank. Setiap mau bayar belanja online, sebisa mungkin saya lakukan dengan bank yang sama. Soalnya
transfer antarbank itu makan biaya cyn! 6500 perak tuh berharga banget! Nambah
1500 udah bisa buat beli nasi balap buat sarapan hehehehe. Kalaupun saya nggak
punya rekening bank yang sama, biasanya saya minta tolong sama keluarga atau
teman. Jadi saya ngasih fresh money ke
mereka. Lalu mereka yang membayar ke tujuan belanja saya. Luv you guys!



Baca juga: Rasanya Bekerja di Startup. Ritme Kerjanya Anak Muda Banget!
Punya asuransi
kesehatan. Ini penting pakai banget!

Selain tabungan, buat
saya punya asuransi kesehatan itu penting banget, gengs! Soalnya kalau udah
berhubungan dengan kesehatan, saya suka nggak tanggung-tanggung dalam
mengeluarkan uang. Ya gimana lagi, kesehatan kan tiang tegaknya kehidupan? Memang
sih tiap bulannya harus bayar iuran (eh atau apa ya istilahnya?) tapi kalau
sudah tumbang, asuransi kesehatan bisa diandalkan. Ujung-ujungnya irit juga.
Bayangkan kalau pas tumbang kemarin saya dalam keadaan tak berasuransi?
Tabungan buat sewa gedung (Lah sewa buat apa?) bisa berkurang!
Punya mindset hari miskin dan hari kaya. Biar
khilafnya di beberapa waktu aja~

Ini nih tips yang
paling sulit dijalani. Soalnya kalau dari dalam diri kita ogah-ogahan, ya udah
bisa bocor tipis-tipis lagi. Mindset hari kaya maksudnya ada beberapa hari
dimana saya bisa belanja atau mengeluarkan uang. Tapi ya dalam konteks yang
normal bukan yang hambur-hambur uang ya. Sedangkan hari miskin adalah momen
dimana saya harus hidup normal tanpa menjadi hedonian. Hari kaya biasanya saya
tetapkan beberapa hari setelah gajian. Hanya beberapa hari dan ya nggak sampai
seminggu. Kalau hari miskin tinggal hitung sisanya aja. Kalau harus menambang
volume tabungan, saya bahkan sempat nggak ada hari kaya dalam satu bulan. Hidup
biasa aja selama satu bulan yang penting ada peningkatan di volume tabungan.
Manfaatin fasilitas
semaksimal mungkin. Fasilitas umum atau fasilitas kantor misalnya

Kalau hal ini saya
lebih sering manfaatin fasilitas kantor sih. Terutama soal makan siang. Soalnya
cukup menghemat ya meskipun hanya beberapa ribu perak. Tapi tetap aja lumayan
kalau dilakukan selama satu bulan hihi. Trus apa lagi ya? Kayaknya udah.  Untuk fasilitas umum…mmm…belum sih 😀
Tips irit di atas
terdengar jelata banget ya? Boleh kok kalau kamu mau bilang saya ini #sobatqismin
atau terlalu irit dan nggak menikmati hidup. Tapi ya nggak apa-apa. So far, saya enjoy menjalaninya. Soalnya kata mama, kalau kamu udah bisa menuntaskan diri dari kemiskinan, modal jadi
seorang istri nambah lagi.

Sumber

Meski saya udah
menerapkan tips irit di atas, saya kadang masih suka kebobolan lho. Soalnya
kalau berhubungan dengan buku dan paket data, saya masih belum nemu formula
iritnya. Kalau kamu punya saran dan ide gimana irit beli buku dan paket data,
boleh lho dibagi di kolom komentar. Terima kasih sebelumnya!


Semoga tulisan ini
bermanfaat atau paling tidak kamu jadi punya kesempatan untuk membaca sesuatu
hari ini. Mohon maaf jika ada salah kata, saya orangnya suka typo soalnya.
Love,



Disclosure: tulisan ini berdasarkan pengalaman pribadi. Jadi nggak selalu cocok kalau kamu terapkan.

Source picture by Unsplash.com

0 komentar di “Irit Ala (Pekerja Teks Komersial) Arintya

  1. saya sudah 4 bulan ini catat pengeluaran dan pemasukan.

    Pengeluaran saya cata setiap hari di excel mbak,

    eh, sebenarnya kalau mau free transfer bisa pakai pihak ke 3 mbak, saya pakai aplikasi flip, jadi uang 6,5k nya aman deh

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kembali ke atas